Story from "Stars Can't Shine Without Darkness"
Stars Can't Shine Without
Darkness
Bentang, laki-laki dewasa muda yang menjadi tunawisma di
usianya yang masih cukup muda, 23 tahun. Keluarga Bentang awalnya hidup
berlimpah harta, hidupnya berubah setelah ibunya bunuh diri karena tekanan kerjanya
yang sangat keras. Tak lama setelah kepergian ibunya, sang ayah pun meninggal
dunia karena sakit. Kedua orangtuanya meninggal dengan menyisahkan hutang pada
Bentang, saat itu usianya baru menginjak 17 tahun, Ia dengan terpaksa harus
menjual harta milik orang tuanya. Rumah, tanah, tokoh, mobil, bahkan perhiasaan
Ibunya ikut dijual. Setelah kejadian itu, Bentang tinggal bersama pamannya.
Bentang mulai berubah sejak kejadian itu, Ia mulai mabuk-mabukan, pergi bersama
teman-temanya di club malam hingga
akhirnya terjerat kasus narkoba dan harus ditahan di penjara.
Setelah menyelesaikan masa
tahannya di penjara, Bentang akhirnya bebas tapi, paman yang dulunya sangat
menyayangi Bentang kini tak mau lagi untuk tinggal berasamanya. Alasan pamannya
begitu kuat karena takut jika Bentang akan mempengaruhi saudara laki-lakinya
dan akan menjadi nakal serta bernasib sama seperti Bentang yang berakhir di
Penjara.
Kini Ia menjadi tunawisma,
Bentang tidak lagi memiliki tempat untuk singgah dan bertedu, Ia tinggal di
taman, jika diusir satpol PP maka Ia akan segera ke kolong jembatan terdekat
untuk beristirahat. Saat hari Jumat tiba, Bentang akan mencari masjid – masjid
terdekat karena biasanya pengurus masjid atau warga setempat menyiapkan makanan
kotak untuk jamaah yang membutuhkan. Hal itu Ia lakukan tiap harinya.
Sore itu, langit dipenuhi awan berwarna hitam keabuan,
kicauan burung terdengar memanggil hujan diatas sana, matahari tak lagi
memancarkan cahayanya, pertanda hujan akan segera membasahi kota ini dalam
hitungan bebera jam kedepan. Bentang yang saat itu sedang membantu seorang
wanita parubaya menganggkat barang belanjaannya ke dalama mobil pun ikut
bergegas. Beberapa menit kemudian hujan pun turun dengan intensitas yang sangat
tinggi, Ia segera berlari mencari tempat berteduh.
Hujan sore itu benar-benar
membawa malapetaka, Bentang baru saja sampai di gubuk kecil miliknya tapi Ia
tak melihat bentukan gubuk itu, rupanya hujan telah mengambil alih gubuk itu.
Ia segera mengambil beberapa barangnya yang tersangkut dipagar besi tepat depan
gubuk yang telah hancur itu. Bentang kembali bergegas mencari tempat
berteduhnya malam ini, rupanya malam ini akan kembali di guyur hujan. Sampailah
Ia di depan sebuah toko sembako, tempatnya berada di pinggir gang
dan halaman depannya sedikit ditutup tarpal, hal ini tentu akan menjaganya saat
hujan nanti. Malam itu berlalut begitu saja, Bentang tertidur pulas diiringi
rintikan hujan yang perlahan-lahan mulai berhenti. Pukul empat dini hari, Ia
terbangun oleh suara adzan bukan hanya itu saja, Bentang juga terbangun karena
seorang pria berpakaian serba hitam lengkap dengan topi dan masker tengah
mencoba membuka pintu toko sembako tempatnya berteduh. Bentang segera menyerang
pria tersebut dari arah belakang, keahlian bela diri yang Ia pelajari semasa
sekolah berakhir dengan menghajar pencuri, Ia begitu bangga. Tak lama kemudian
polisi datang dan pemilik toko tersebut membuka pintu dan berterima kasih
kepada Bentang. Mulai hari itu Bentang diperbolehkan untuk tidur di depan toko itu
hingga satu bulan kedepan.
Sebulan
berlalu, Bentang harus bergegas mencari tempat berteduh baru untuknya. Saat
paling sedih adalah Ia harus berpamitan dengan pemilik toko yang telah banyak
membantunya dalam kehidupan sehari-hari. Tapi, jawaban tak terduga keluar dari
mulut si pemilik toko sembako itu, Ia dipercayai untuk menjadi kaki tangan
pemilik toko itu dengan alasan si pemilik toko tinggal sendiri dan sang anak
tengah merantau di negeri seberang untuk belajar. Bentang seorang tunawisma
yang malang akhirnya mengambil kesempatan itu. Hari – harinya berjalan tanpa
kesusahan lagi, Ia kini memiliki penghasilan sendiri dan mampu membelikan
beberapa barang yang Ia butuhkan. Terkadang pegawai dan pembeli disana sering
memamnggilnya bos, Ia senang ketika
dipanggil demikian, menurut Bentang itu adalah sebuah penyemangat bagi dirinya
untuk terus berjuang dalam hidupnya. Kini si pemilik toko itu juga akhirnya
sering bertemu anaknya di luar negeri, karena sekarang tokonya aman berada dibawah
kendali Bentang.
Dengan gaji yang ada dan
dengan tekatnya untuj selalu dipanggil Bos, Bentang mulai menabung untuk
membeli sebuah rumah, Ia bekerja sangat keras siang dan malam. Lima tahun
kemudian, anak dari pemilik toko telah kembali dan toko sembako berada di bawah
kendali anak perempuan si pemilik toko itu. Bentang tau benar hari ini akan datang
cepat atau lambat oleh sebab itu, Ia telah menabung dari hasil gajinya untuk
kemudian membeli rumah dan membuka sebuah toko. Bentang masih harus bekerja
kurang lebih tiga tahun lagi untuk membuka sebuah toko.
Setelah beberapa hari
setelah kejadian itu, Bentang memutuskan untuk menyewa kamar untuk tempat
tinggalnya agar Ia tidak terlalu membebani si pemilik toko itu dan anaknya.
Setelah tiga tahun berlalu,
Bentang akhirnya menyewa sebuah toko di dalam supermall terbesar dikotanya.
Dengan keberanian, kekuatan, dan tekadnya untuk menjadi bos, membawanya untuk menabung, Bentang akhirnya mengundurkan diri
dari toko sembako yang telah menyelamatkan hidupnya dan membuka sebuah toko
baju bekerjasama dengan produk lokal di kotanya. Ia kini naik posisi, Ia bukan
lagi seorang tunawisma, bukan lagi bos
bawahan bos, Ia kini menjadi seorang
pemilik usaha, seorang bos tanpa bos. Bentang tidak berhenti samapai
disitu, Ia menaikkan target penjualan bulannya dan berencana untuk membuka
beberapa cabang lagi di kotanya.
Bentang datang ke ziarah ke kuburan kedua orang tuanya
untuk meminta restu untuk membuka cabang dari usahanya. Kini Ia memiliki empat
outlet yang tersebar luas di kotanya. Bentang kemudian membeli sebuah rumah di
dekat toko sembako tempatnya bekerja dulu, Ia melakukan itu sebagai penginggat
untuk dirinya, bahwa taka ada orang jahat yang sukses yang ada hanyalah orang
baik, pantang menyerah, berani, dan kuat.
Sesekali Ia ditawari untuk
berbagi pengalaman hidupnya di depan banyak acara, tak lupa Ia selalu berterima
kasih kepada orang-orang baik yang telah membantunya selama mas sulitnya, Ia
berterima kasih kepada pencuri yang telah membuat dirinya tampak mengagumkan
dan akhirnya mendaptkan kepercayaan besar untuk menjaga toko itu.
Kini Bentang menjadi
pemiliki empat outelet besar yang
tersebar luas di kotanya, Ia juga dikenal sebagai seorang motivator, seorang
pengusaha, seorang sponsor untuk
remaja – remaja tunawisma dikotanya. Satu pesan yang selalu Ia sampaikan saat
sisi dirinya menjadi motivataor “Stars
Can't Shine Without Darkness”.
cerita by : febiolla nadia